Rabu, 06 Mei 2009
suka duka sekolah di perguruan Tamansiswa
begitu juga guru-guru tamansiswa yang sangat baik-baik.dan ade-ade kelas yang baik juga.buat guru-guru tamansiswa jangan pernah lpain anak-anak angkatan 2008?2009 yah bpk/ibu.walaupun kita-kita terkadang suka buatbpk/ibu pamong kesel,terutama anak-anak ips2 hehehe.
SEMOGA TAMANSISWA TETAP MENJADI YANG TERBAIK!!!!!!!!!!!
Rabu, 15 April 2009
sejarah tamansiswa
Nama Pendiri :
Ki Hajar Dewantara
Nama Asli:
Raden Mas Soewardi Soeryaningrat
Lahir:
Yogyakarta, 2 Mei 1889
Wafat:
Yogyakarta, 28 April 1959
Pendidikan:
* Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda)
* STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) tidak tamat
* Europeesche Akte, Belanda
* Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957
Karir:
* Wartawan Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara
* Pendiri Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922
* Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama.
Organisasi:
* Boedi Oetomo 1908
* Pendiri Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) 25 Desember 1912
Penghargaan:
Bapak Pendidikan Nasional, hari kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional
Pahlawan Pergerakan Nasional (surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959)
Panji Tamansiswa
Pendiri Taman Siswa ini adalah Bapak Pendidikan Nasional. Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Hari lahirnya, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya yang terkenal ialah tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan). Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 28 April 1959 dan dimakamkan di sana.
Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.
Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.
Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.
Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.
Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai ini dengan menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913. Alasan penolakannya adalah karena organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.
Kemudian setelah ditolaknya pendaftaran status badan hukum Indische Partij ia pun ikut membentuk Komite Bumipoetra pada November 1913. Komite itu sekaligus sebagai komite tandingan dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa Belanda. Komite Boemipoetra itu melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut.
Sehubungan dengan rencana perayaan itu, ia pun mengkritik lewat tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker itu antara lain berbunyi:
"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu.
Pikiran untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda. Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada kepentingannya sedikitpun".
Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang) yaitu sebuah hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk bertempat tinggal. Ia pun dihukum buang ke Pulau Bangka.
Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo merasakan rekan seperjuangan diperlakukan tidak adil. Mereka pun menerbitkan tulisan yang bernada membela Soewardi. Tetapi pihak Belanda menganggap tulisan itu menghasut rakyat untuk memusuhi dan memberontak pada pemerinah kolonial. Akibatnya keduanya juga terkena hukuman internering. Douwes Dekker dibuang di Kupang dan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau Banda.
Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di sana mereka bisa memperlajari banyak hal dari pada didaerah terpencil. Akhirnya mereka diijinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman.
Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berhasil memperoleh Europeesche Akte.
Kemudian ia kembali ke tanah air di tahun 1918. Di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan.
Setelah pulang dari pengasingan, bersama rekan-rekan seperjuangannya, ia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.
Tidak sedikit rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa. Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut.
Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.
Sementara itu, pada zaman Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur.
Setelah zaman kemedekaan, Ki hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957.
Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, ia meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana.
Kemudian oleh pihak penerus perguruan Taman Siswa, didirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Dalam museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar sebagai pendiri Tamansiswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional.
Bangsa ini perlu mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi.
Konsep Pendidikan Tamansiswa :
Tamansiswa adalah badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan dalam arti luas untuk mencapai cita-citanya. Bagi Tamansiswa, pendidikan bukanlah tujuan tetapi media untuk mencapai tujuan perjuangan, yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang merdeka lahir dan batinnya. Merdeka lahiriah artinya tidak dijajah secara fisik, ekonomi, politik, dsb; sedangkan merdeka secara batiniah adalah mampu mengendalikan keadaan.
Tamansiswa anti intelektualisme; artinya siapa pun tidak boleh hanya mengagungkan kecerdasan dengan mengabaikan faktor-faktor lainnya. Tamansiswa mengajarkan azas keseimbangan (balancing), yaitu antara intelektualitas di satu sisi dan personalitas di sisi yang lain. Maksudnya agar setiap anak didik itu berkembang kecerdasan dan kepribadiannya secara seimbang.
Tujuan pendidikan Tamansiswa adalah membangun anak didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, merdeka lahir batin, luhur akal budinya, cerdas dan berketerampilan, serta sehat jasmani dan rohaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya. Meskipun dengan susunan kalimat yang berbeda namun tujuan pendidikan Tamansiswa ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.
Kalau di Barat ada “Teori Domein” yang diciptakan oleh Benjamin S. Bloom yang terdiri dari kognitif, afektif dan psikomotorik maka di Tamansiswa ada “Konsep Tringa” yang terdiri dari ngerti (mengeta-hui), ngrasa (memahami) dan nglakoni (melakukan). Maknanya ialah, tujuan belajar itu pada dasarnya ialah meningkatkan pengetahuan anak didik tentang apa yang dipelajarinya, mengasah rasa untuk meningkat-kan pemahaman tentang apa yang diketahuinya, serta meningkatkan kemampuan untuk melaksanakan apa yang dipelajarinya.
Pendidikan Tamansiswa dilaksanakan berdasar Sistem Among, yaitu suatu sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan. Dalam sistem ini setiap pendidik harus meluangkan waktu sebanyak 24 jam setiap harinya untuk memberikan pelayanan kepada anak didik sebagaimana orang tua yang memberikan pelayanan kepada anaknya.
Sistem Among tersebut berdasarkan cara berlakunya disebut Sistem Tutwuri Handayani. Dalam sistem ini orientasi pendidikan adalah pada anak didik, yang dalam terminologi baru disebut student centered. Di dalam sistem ini pelaksanaan pendidikan lebih didasarkan pada minat dan potensi apa yang perlu dikembangkan pada anak didik, bukan pada minat dan kemampuan apa yang dimiliki oleh pendidik. Apabila minat anak didik ternyata akan ke luar “rel” atau pengembangan potensi anak didik di jalan yang salah maka pendidik berhak untuk meluruskannya.
Untuk mencapai tujuan pendidikannya, Tamansiswa menyelanggarakan kerja sama yang selaras antartiga pusat pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan perguruan, dan lingkungan masyarakat. Pusat pendidikan yang satu dengan yang lain hendaknya saling berkoordinasi dan saling mengisi kekurangan yang ada. Penerapan sistem pendidikan seperti ini yang dinamakan Sistem Trisentra Pendidikan atau Sistem Tripusat Pendidikan.
Pendidikan Tamansiswa berciri khas Pancadarma, yaitu Kodrat Alam (memperhatikan sunatullah), Kebudayaan (menerapkan teori Trikon), Kemerdekaan (memperhatikan potensi dan minat maing-masing indi-vidu dan kelompok), Kebangsaan (berorientasi pada keutuhan bangsa dengan berbagai ragam suku), dan Kemanusiaan (menjunjung harkat dan martabat setiap orang).
Rabu, 01 April 2009
tugas kisi-kisi uts
Adalah suatu teknologi yang memungkinkan suatu PC dapat saling berhubungan satu dengan yang lain, dalam protokol yang sama.
2.perbedaan & berikan contoh untuk jenis jaringan LAN, MAN, dan WAN
Pengertian Localhost / LAN
Saluran komunikasi antar komputer sehingga membentuk sebuah jaringan. Apabila kita ingin membuat saluran komunikasi antar komputer yang biasa disebut dengan LAN, maka minimal kita harus menyediakan 2 buah komputer serta peralatan pendukung lainnya.
Pengertian MAN (Metropolitan Area Network)
Metropolitan area network atau disingkat dengan MAN. Suatu jaringan dalam suatu kota dengan transfer data berkecepatan tinggi, yang menghubungkan berbagai lokasi seperti kampus, perkantoran, pemerintahan, dan sebagainya. Jaringan MAN adalah gabungan dari beberapa LAN.
WAN adalah singkatan dari istilah teknologi informasi dalam bahasa Inggris: Wide Area Network merupakan jaringan komputer yang mencakup area yang besar sebagai contoh yaitu jaringan komputer antar wilayah, kota atau bahkan negara, atau dapat didefinisikan juga sebagai jaringan komputer yang membutuhkan router dan saluran komunikasi publik.
3.Alat2 yang dibutuhkan untuk membangun sebuah jaringan LAN
-Komputer
-Modem:GPRS, ADSL, DIAL UP, ROUTER/AP(Accesspoint),ISP,Ethernet card,USB wipi(optinal).
-Switch/hub.
-kabel utp+rjus.
4.pengertian Topologi, dan berikan minimal 2 topologi yang kamu ketahui
topologi adalah gambar atau desain jaringan.
-star(tren)
-ring.
-bus.
5.fungsi network yang tertera dibawah ini :
a.Printer Sharing adalah berbagi sumber daya
b.File Sharing adalah berbagi data
c.Internet Connection Sharing adalah berbagi conection
d.Communication adalah pertukaran data antar kelompok aplikasi.
6.Jika diketahui IP address PC kamu adalah 192.168.1.15 dan Address Router adalah 192.168.1.1, maka tuliskan langkah yang kamu lakukan untuk memeriksa koneksi antara pc kamu ke router
adalah ping (alamat wab).com-t
7.Media transmisi adalah suatu alat yang dapat menghubungkan alat kita ke alat lain, media transmisi antara lain : kabel, inframerah, wifi (hotspot), dan bluetooth. Sebagai remaja yang mengerti teknologi ini, berikan pendapatmu kelamanan dari media transmisi yang disebutkan diatas.
adalah kabel:jarak jangkau hanya 100m
infrared:harus terarah, kecepatan terbatas
wifi:keamanan mudah dibajak oleh orang lain
bluetooth:tidak bisa jarak jauh
8.Salah satu fitur dari Network adalah security, yang memungkinkan user bisa login dengan ID & Password berbeda, sehingga akses ke sumber daya network juga berbeda. Nah..jelaskan menurut kamu mengenai fungsi Client dan Server pada jaringan
client dapat memungkin kan mensentralisasi aplikasi lain
Selasa, 27 Januari 2009
PENGERTIAN FO
METODE AJARAN NIAN FO
Metode ajaran utama yang dikembangkan oleh mazhab Sukhavati adalah praktik Nianfo. Istilah Nianfo (Pali=Buddhanussati, Skt=Buddhanusmrti) mengandung makna "perenungan pada Buddha". Istilah "perenungan pada Buddha" sendiri memiliki makna yang luas. Pada tingkat sederhana, perenungan pada Buddha berarti memfokuskkan batin tertuju pada Buddha. Pada tingkatan yang luas, perenungan ini berkembang pada objek perenungan tentang sifat-sifat luhur Buddha, kemuliaan-kemuliaan Buddha baik dari sisi ekternal seperti Tanah murninya hingga sisi internal seperti 32 tanda ciri-ciri fisik unggulnya.
Tujuan dari batin yang terfokus pada kemuliaan Buddha adalah agar batin terus berpaling dari tiga racun (keserakahan, kebencian dan kegelapan batin). Tiga racun merupakan sumber noda batin. Dalam kehidupan sehari-hari, gejolak pikiran tanpa disadari selalu berinteraksi dengan tiga racun ini. Orang yang tidak terlatih dalam praktik meditasi, maka gejolak pikirannya yang berinteraksi dengan noda batin itu tidak begitu mudah dikenali atau disadari, dan itulah sebabnya berbagai perbuatan negatif terus melandanya. Bagi praktisi Theravada, untuk melatih pikiran agar dapat menekan tiga racun noda batin adalah dengan praktik perhatian penuh (sati). Pada prinsip yang sama, praktik Nianfo adalah sebuah praktik perhatian penuh yang sekaligus bersandar pada kemuliaan Buddha. Dalam mazhab Sukhavati menyebutnya sebagai bersandar pada kekuatan diri sendiri dan kekuatan Buddha. Apakah dengan bantuan kekuatan Buddha, maka prinsip praktik Nianfo telah bertolak belakang dengan nasihat sang Buddha tentang kita harus menjadikan diri sebagai pelita, bersandar pada diri sendiri? Memang benar bahwa Sang Buddha menasihati kita untuk menjadi diri sendiri sebagai pelita dan berusaha sendiri, tetapi perlu diketahui bahwa sebelum menjadikan diri sebagai pelita, bukankah kita terlebih dahulu harus berlindung (bersandar) pada Buddha, Dharma dan Sangha (Triratna). Sebelum berlindung pada Triratna dan berusaha jalan sendiri itu ibarat orang buta yang berjalan sendiri sambil membawa lampu, meskipun dia telah menerangi jalan, dia sendiri tidak dapat melihatnya. Jadi dalam praktik Nianfo yang bersandar pada kekuatan Buddha itu sesungguhnya merupakan bentuk actual dari berlindung pada Buddha, Dharma dan Sangha yang dileburkan dalam satu wadah pelatihan. Prinsip ini sama dengan semua aliran agama Buddha manapun.
Jadi praktik Nianfo bukanlah semata-mata mengucapkan nama Buddha saja seperti yang sering terlihat. Terdapat empat jenis praktik Nianfo:
1. Nianfo melalui meditasi visualisasi.
Bentuk Nianfo melalui meditasi visualisasi adalah suatu usaha menciptakan sebuah objek yang divisualkan melalui pikiran dan mengarahkan pikiran pada objek tersebut secara terpadu hingga mencapai pikiran terpusat. Praktik Nianfo melalui visualisasi ini diajarkan oleh sang Buddha kepada ratu Vaidehi dalam Amitayur-dhyana Sutra. Sang Buddha berkata kepada ratu Vadehi bahwa cara untuk melihat dan terlahir di alam Sukhavati adalah dengan mempraktikkan 16 tahap meditasi visualisai pada bentuk-bentuk kemuliaan alam Sukahvati beserta tanda-tanda kemuliaan 9 jenjang alam tersebut. Jika dapat mencapai pikiran terpusat melalui praktik ini maka dipastikan akan terlahir di alam Sukhavati. 16 objek meditasi tersebut adalah………….
Praktik Nianfo melalui metode ini akan sulit mencapai keberhasilan bagi orang-orang yang:
1. Tidak memiliki bakat meditasi
2. Pikiran kasar
3. Tidak memiliki ketrampilan
4. Tidak memahami metode secara mendalam
5. Tidak memiliki kekuatan jasmani dan rohani yang cukup.
Syarat-syarat di atas tentu juga akan sangat tergantung pada jenis-jenis orang tertentu baru dapat memenuhinya. Karena metode ini tidak dapat diterapkan pada semua golongan maka masih dikategorikan sebagai metode ajaran yang sulit.
2. Nianfo melalui perhatian pada objek patung Buddha Amitabha.
Nianfo melalui metode ini adalah dengan memusatkan perhatian pada objek patung Buddha Amitabha, mulut melafal nama Buddha, mata tertuju pada objek patung, pikiran terarah pada bentuk kemuliaan Buddha Amitabha. Melalui perbuatan, ucapan dan pikiran demikian yang terus berkesinambungan tanpa henti, maka semakin hari akan semakin mendalam pelatihannya sehingga juga akan dapat mencapai pikiran terpusat. Dengan mempadukan perbuatan, ucapan dan pikiran secara berkesinambungan dan tertuju pada objek patung, hal ini juga tidak mudah dilakukan.
3. Nianfo melalui pemahaman terhadap realitas sejati.
Jenis Nianfo ini adalah yang tersulit dan hanya sanggup dipraktikkan oleh golongan orang yang memiliki talenta dan kebajikan tingkat tinggi. Melalui pemahaman bahwa batin dan Buddha tidak terpisah, tidak ada Buddha di luar batin diri, dan tidak ada batin di luar Buddha, Buddha dan batin adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Batin yang selaras dengan Buddha pada dasarnya adalah kosong, maka nama Buddha yang dilafalkan sesungguhnya tidak eksis, namun juga tidak melekat pada kekosongan tersebut, tidak ada yang kosong maupun yang bukan kosong, kemudian menyadari hakikat batin sejati. Terdapat berbagai istilah untuk menggambarkan sifat realitas sejati, seperti nirvana, tathagatargarbha, buthata, hakikat Buddha. Tidak ada istilah yang statis untuk mendeskripsikan realitas sejati, karena sifatnya yang non dualitas, tidak lahirkan juga tidak musnah. Dalam tataran fenomena, Sukhavati terletak sejauh 10 milyar negeri Buddha dari dunia ini. Sebagai makhluk awam yang masih dibelenggu oleh noda batin, maka makhluk awam masih melekat pada fenomena jauh, dekat, baik atau buruk. Itulah sebabnya kita melihat dunia ini berdasarkan sifat kekotoran batin kita, ada dunia yang indah dan ada dunia buruk. Namun secara prinsipil dunia ini maupun Tanah murni itu tidak memiliki jarak. Orang yang batinnya murni maka di manapun dia berada adalah Tanah murni. Jika dia mempraktikkan Nianfo, setiap saat Tanah Murni Sukhavati berada di depan matanya. Master Huineng-patriak 6 mazhab Chan mengatakan bahwa pengertian jauh dekat itu adalah untuk orang tingkatan rendah. Pemahaman nondualitas hanya untuk orang tingkat tinggi. Itulah sebabnya Master Chinkung mengatakan bahwa metode ajaran Chan khusus untuk orang tingkat tinggi. Mencapai tingkatan di mana melihat segala sifat fenomena sebagai nondualitas, ini sudah bukan manusia biasa lagi, dan berapa orang yang sanggup mencapai tahapan ini? Jadi jenis Nianfo melalui pemahaman realitas sejati tergolong sulit bagi manusia awam, maka hal ini jarang dibicarakan. Bagi praktisi yang telah mencapai tahapan ini, mereka tetap saja melafal nama Buddha layaknya orang awam, karena Sukhavati itu memang bukan tidak ada. Istilah tidak ada adalah dalam konteks prinsipil, karena jangankan Sukhavati, secara prinsipil tataran dunia kita, alam-alam, makhluk-makhluk juga tidak nyata. Sang Buddha mengatakan semua ini muncul hanya karena ilusi belaka. Namun sebagai orang yang berada dalam belenggu noda batin, pelatihan bertahap tetap diperlukan guna merealisasi pencapaian tingkat realitas sejati yang non dualitas atau non diskriminasi. Pepatah mengatakan, "Saat terbelenggu, tiga alam itu tampak eksis. Setelah tercerahkan, sepuluh penjuru itu kosong belaka". Kita tidak bisa mengatakan dunia ini eksis atau kosong, sifatnya relative dan masalahnya hanya tergantung pada apakah kita terbelenggu atau tercerahkan.
4. Nianfo melalui cara melafal nama Buddha.
Ini adalah metode Nianfo yang paling umum, paling mudah, paling praktis, paling dianjurkan dan paling banyak dipraktikkan oleh semua praktisi baik dari mazhab Sukhavati maupun dari mazhab mahayana lainnya. Karena kepopuleran inilah maka secara berangsur-angsur istilah Nianfo pun hanya mengacu pada metode "melafal nama Buddha" ini. Inilah metode yang sering dianjurkan oleh para sesepuh. Baik dari golongan tingkat atas maupun tingkat bawah, kaya, miskin, pintar, bodoh, pria, wanita, bhiksu, bhiksuni, perumah tangga, tidak satu pun yang tidak sanggup mempraktikkan metode ini. Melafal nama Buddha berarti secara terus menerus melantunkan kata "Namo Amitofo", atau "Amitofo" atau boleh juga "Namo Amitabha Buddha". Tujuan utamanya tetap mencapai pikiran terpusat. Namun tanpa mencapai pikiran terpusat pun jika memiliki keyakinan dan tekad yang dalam maka dipastikan akan dapat terlahir di Tanah murni Buddha. Metode inilah yang telah mengantarkan berjuta-juta orang terlahir di Tanah murni. Keefektifan dari metode ini terletak pada tekad yang telah dijanjikan oleh Buddha Amitabha di dalam 48 tekad agungnya. Pada tekad ke 18 dari 48 tekad agung ini, Buddha Amitabha mengatakan, " Saat Aku mencapai keBuddhaan, semua makhluk hidup yang berada di sepuluh penjuru alam, jika mendengar nama Ku, memiliki keyakinan secara mendalam dan bersuka cita, mengarahkan jasa kebajikannya dengan tekad terlahir di negeri Ku, melalui pelafalan (nama Buddha Amitabha) hingga sepuluh kali, jika tidak dapat terlahir, kecuali bagi mereka yang telah berbuat 5 karma buruk besar dan mencela ajaran sejati, maka Aku tidak akan mencapai keBuddhaan". Karena Buddha Amitabha telah berhasil mencapai keBuddhaan maka secara otomatis tekadnyapun menjadi efektif. Jadi tidaklah heran jika para praktisi yang melafal nama Buddha dengan benar akan dapat terlahir di Tanah murni Buddha.
Berbagai Cara Nianfo
Ada berbagai cara dalam mempraktikkan Nianfo. Terdapat banyaknya cara ini adalah bertujuan untuk menyesuaikan situasi dan kondisi mental seseorang beserta faktor eksternal. Setiap cara itu memiliki efektifitas dan manfaatnya masing-masing. Seorang praktisi dapat memilih secara bebas cara yang hendak dipraktikkan, dan boleh saja di saat merasa tidak cocok dengan cara pertama lalu mengganti cara lainnya. Intinya adalah menemukan cara yang dapat membuat batin menjadi tenang, pikiran-pikiran kacau menjadi berkurang dan yang terutama adalah dapat mencapai pikiran terpusat. Namun mencapai pikiran terpusat bukanlah keharusan bagi seorang praktisi, yang terpenting adalah keyakinan dan tekad yang kuat. Melafal nama Buddha ibarat menyembuhkan penyakit. Terdapat berbagai cara itu ibarat resep. Selama dapat menyembuhkan maka itu berarti telah menemukan resep yang cocok. Pikiran kacau ibarat penyakit, dan nama Buddha ibarat obat. Melafal nama Buddha berarti memberi obat pada pikiran kacau. Jika dapat sembuh, berarti obatnya telah berhasil diberikan sesuai takarannya.Berikut akan dijelaskan secara singkat bebarapa cara Nianfo:
1. Nianfo dengan suara lantang
Saat melafal nama Buddha dengan suara lantang, suara terdengar nyaring, keras dan jelas. Kemudian pikiran terfokus pada suara nama Buddha. Meskipun menggunakan cara ini dapat mengakibatkan tenggorokan menjadi sakit dan tidak dapat dilakukan dalam waktu yang lama, namu dia dapat mengatasi masalah kantuk, kemalasan dan pikiran kacau. Menggunakan cara ini juga dapat membuat orang yang mendengarnya tergerak hari untuk ikut menyebut nama Buddha. Cara inilah yang sering dipraktikkan oleh patriak ke 6 –Master Yenshou saat berada di atas puncak gunung Dongbing di wilayah HanZhou. Para penduduk yang berada di kaki gunung dapat mendengarnya dengan jelas dan nyaring.
Dalam Sutra YeBaoChaBieJing (Sutra tentang berbagai jenis karma) menyebutkan bahwa terdapat sepuluh manfaat dari melafal nama Buddha dengan suara lantang:
1. Mengatasi rasa kantuk
2. Membuat takut Mara.
3. Suara berdentang ke sepuluh penjuru
4. Penderitaan di 3 alam buruk menjadi jeda
5. Suara lain tidak dapat masuk (menjadi tidak terganggu)
6. Pikiran menjadi tidak berkeliaran
7. Semangat dan tekun
8. Para Buddha "bergembira" .
9. Mencapai kedaan Samadhi
10. Terlahir di Tanah murni.
2. Nianfo dengan suara kecil
Saat dalam keadaan lelah, atau berada di suatu tempat yang tidak memungkinkan untuk mengeluarkan suara keras, maka melafal nama Buddha dapat dilakukan dengan suara kecil. Namun harus melafal dengan cukup jelas, terdengar jelas dan terpaku dalam batin dengan sikap tulus dan tekad yang kuat, terus demikian secara berkesinambungan, maka juga akan dapat mencapai pikiran terpusat.
3. Nianfo tanpa mengeluarkan suara dan hanya terlihat menggerakan mulut
Jika cara pertama dan kedua tidak memungkinkan untuk dilakukan, maka dapat mempraktikkan cara ini. Cara ini sama seperti cara pertama dan kedua namun suara ditekan hingga ke titik seperti berbisik atau bahkan tanpa mengeluarkan suara dan hanya terlihat mulut saja yang bergerak. Namun kata "Namo Amitbha Buddha" terus berdentang secara jelas ke dalam batin, dengan demikian pikiran pun menjadi tidak berkeliaran, jadi efeknya tetap sama dengan cara mengeluarkan suara. Cara ini dapat dilakukan di dalam situasi seperti sedang berbaring, sakit, berada dalam kamar mandi, atau di tempat yang tidak memungkinkan untuk mengeluarkan suara.
4. Nianfo dengan cara mengejar nama Buddha.
Sama seperti menggunakan cara melafal nama Buddha tanpa suara, tetapi sebutan nama Buddha dilafal secara cepat, tanpa memberi kesempatan pikiran lain masuk sehingga seperti mengejar nama Buddha yang berada di depan. Cara ini juga sangat efektif untuk mengikis pikiran kacau, karena setiap akan timbul pikiran lain, maka ditutupi oleh sepatah kata nama Buddha Amitabha. Jadi ini adalah cara yang sering dilakukan oleh para praktisi.
5. Nianfo dengan cara bersujud
Saat melafal nama Buddha, sikap tubuh melakukan sujud. Atau dapat juga dengan cara menyebutkan nama Buddha satu kali lalu bersujud satu kali, kemudian pikiran memikirkan Buddha. Cara ini adalah pelatihan yang melibatkan perbuatan melalui tubuh, ucapan dan pikiran secara konkrit, sehingga keseluruhan sikap tubuh, ucapan dan pikiran tertuju pada Buddha. Jadi pelatihan melalui cara ini termasuk sangat efektif.
6. Nianfo dengan jadwal tetap
Yang ditakutkan dalam praktik Nianfo adalah tekun pada awalnya lalu menjadi malas di kemudian hari. Sebaiknya praktik Nianfo dilakukan terus menerus sepanjang waktu dan seumur hidup. Tetapi berhubung para umat awam yang memiliki kesibukan lain dalam kehidupan sehari-hari karena tidak sanggup melepaskan semua kemelekatan ini, maka praktik Nianfo dapat dilakukan dengan membuat jadwal tetap. Setelah menetapkan jadwal, mereka pun harus mempraktikkannya secara konsisten. Sudah menjadi pemandangan umum bahwa ada praktisi yang menetapkan jadwal sehari melafal sebanyak 10 ribu kali nama Buddha, ada yang 20 ribu kali, 50 ribu kali bahkan 100 ribu kali. Jika tidak dapat melakukannya secara penuh pada hari tersebut, maka dia harus memupuknya kembali pada hari berikutnya. Hal ini bertujuan untuk melatih ketekunan dan mengokohkan keyakinan dan tekad. Kemudian ada juga yang membuat jadwal Nianfo di setiap pagi dan malam sepanjang tahun, ada yang membuat sesi 7 hari Nianfo dan lain-lain.
7. Nianfo setiap saat
Setiap saat, tidak peduli kapan dan di mana adalah saat yang tepat untuk melafal nama Buddha. Baik sedang berjalan ,berdiri, duduk, atau berbaring, pagi, siang atau mala, tiada waktu tanpa melafal nama Buddha. Di dalam pesawat, di hotel, di rumah, di kamar mandi, sedang makan, buang air, berolah raga, bernafas, praktik nianfo tetap dapat dilakukan dengan keyakinan dan tekad yang kuat. Inilah yang disebut melafal nama Buddha setiap saat.
8. Nianfo dalam hati
Nianfo dalam hati berarti melafal nama Buddha hanya di dalam pikiran. Saat mulut mengucapkan nama Buddha, pikiran terus memikirkan nama Buddha, dan saat mulut tidak mengucapkan nama Buddha, pikiran juga terus memikirkan nama Buddha. Inilah yang disebut dengan melafal tidak seperti melafal, tidak melafal tetapi sedang melafal.
9. Nianfo dengan menghitung tasbih.
Tasbih dalam bahasa sankrit disebut Pasakamala, japamala, atau juga aksa sutra. Nianfo ini dipraktikkan dengan cara menghitung jumlah nama Buddha yang kita lafalkan, dan tasbih adalah sarana yang digunakan untuk memudahkan perhitungan. Setiap perhitungan pada satu lingkaran tasbih, maka perhitungan diulang lagi dari awal dan terus demikian dengan tujuan mengendalikan pikiran kita pada nama Buddha yang kita lantunkan. Sesungguhnya Nianfo dengan memanfaatkan sarana tasbih telah ada dalam catatan Sutra mahayana. Di antaranya adalah :
- XiaoLiangShuZhuGong De Jing (Sutra Manfaat Menghitung Tasbih), terjemahan bhiksu Ratnacinta asal Kashmir (abad 6). Terdapat terjemahan versi lain dari Sutra ini, yakni: ManShuSheLiZouZangZ hongXiaoLiangShu ZhuGongDe Jing, terjemahan bhiksu YiJing asal Tiongkok (abad 7). Kedua sutra ini mengisahkan penjelasan bodhisattva Manjusri tentang manfaat menggunakan tasbih di hadapan Hyang Buddha Sakyamuni.
- MuHuan Jing (Arista Sutra), kitab ini telah ada pada masa dinasti Jin Timur dan tidak diketahui penerjemahnya.
- MuHuanZi Jing (Arista Sutra), terjemahan Amoghavajra (abad 6). Arista Sutra mengisahkan tentang Raja Virudaka dari kerajaan Kosala yang mengutus bawahan nya untuk pergi bermohon ajaran dari Hyang Buddha. Hyang Buddha lalu mengajarkan cara membuat tasbih dari kayu yang dibulatkan sebanyak 108 biji dan menggunakannya untuk melantunkan nama Buddha, Dharma dan Sangha dan kemudian menguraikan tingkatan manfaat/pahala dari praktik ini.
- JinGangDingYuJiaNia nZhu Jing, terjemahan Amoghavajra (abad 6). Dalam Tripitaka edisi Taisho, kitab ini digolongkan dalam divisi sutra Tantra. Sutra ini berisi tentang uraian bodhisattva Vajrapani tentang manfaat menggunakan tasbih di hadapan Buddha Vairocana.
- TuoLuoNiJi Jing (Sutra Kumpulan Dharani), terjemahan bhiksu Atikula asal India Tengah. Sutra ini juga digolongkan dalam divisi Tantra.
- WenShuYiGui Jing
Biji tasbih dapat dibuat bermacam macam jenis dari segi jumlahnya, ada yang berjumlah 1080, 108, 54, 42, 36, 27, 21, 14. Jumlah yang berbeda-beda ini memiliki makna simbolis yang berbeda-beda pula. Bahan yang digunakan juga berbeda-beda seperti emas, perak, kristal, mutiara, tembaga, kayu, biji bodhi, biji teratai, dan lain-lain.
Praktik Nianfo dengan menggunakan tasbih dalam tubuh mazhab Sukhavati telah ada sejak abad ke 6 yang diperkenalkan oleh Master DaoChuo.
10. Nianfo dalam pernafasan
Cara praktik Nianfo ini adalah menarik nafas sambil mengucapkan dalam hati kata Namo A, kemudian mengeluarkan nafas sambil mengucapkan dalam hati kata MiThoFo. Dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas sambil melafal nama Buddha, jika terus menerus dibiasakan dalam praktik demikian maka setiap saat nama Buddha akan menetap dalam setiap pernafasan kita.
11. Nianfo menjelang kemangkatan
Dalam ajaran Buddha, detik-detik kematian adalah sebuah momentum yang sangat penting untuk mengembangkan sifat-sifat positif (kusala) agar tidak terperosot ke alam yang buruk. Dalam literature Theravada pun menekankan pentingnya untuk memiliki javana-citta (impuls batin) sebelum ajal. Sebagaimana yang pernah dijelaskan oleh bhikkhu Ashin Janakabhivamsa dalam "Abhidhamma Sehari-hari", bahwa jika pikiran kusala (baik) muncul sampai nafas terakhir, dia akan terlahir kembali di alam yang membahagiakan. Jika akusala javana citta muncul sebelum kematian, dia pasti akan terlahir kembali di alam menyedihkan.
Demikian juga detik-detik paling menentukan bagi praktisi Nianfo adalah saat menjelang kemangkatan. Bagi yang telah terbiasa dalam praktik Nianfo, maka dia akan dapat mempraktikkan Nianfo pada detik-detik yang menentukan ini dengan penuh kesadaran. Apabila beliau berada di dalam kondisi tidak menyadarkan diri atau koma, maka pada saat saat ini sangat dianjurkan untuk membantunya melafalkan nama Buddha di sisinya. Ada saatnya seseorang yang di dalam kondisi koma, dia tetap dapat mendengar suara-suara di sekitarnya, maka saat-saat seperti ini sangatlah baik untuk melafalkan nama Buddha agar batinnya tidak berpaling ke pikiran yang berkaitan dengan keserakahan, kebencian dan kebodohan batin. Jika memiliki keyakinan dan tekad yang kuat maka dia akan dapat ikut melafal nama Buddha di dalam batinnya dan dia akan dapat terlahir di Tanah murni. Jika dia berada dalam kondisi tidak sadar bahkan tidak dapat mendengar suara-suara di sekitarnya, maka bagi yang tidak membiasakan diri dalam praktik Nianfo dalam kehidupan sehari-hari maka akan sulit baginya untuk terlahir di Tanah murni. ............ ...
PENGERTIAN UTP
SEJARAH UTP (Unshielded Twisted Pair)
Sebelum kita membahas sejarah kabel UTP, akan lebih baik jika kita mengetahui pengertian dari kabel UTP terlebih dahulu. Kabel UTP (Unshielded Twisted Pair) adalah kabel yang biasa digunakan untuk membuat jaringan atau network computer berupa kabel yang didalamnya berisi delapan buah kabel yang dipilin, dimana setiap kabel mempunyai warna yang berbeda-beda yang digunakan sebagai standart pemasangan kabel jaringan computer, yang setiap pasangnya adalah kembar dengan ujung konektor. Disebut unshielded karena kurang tahan terhadapinterferensi elektromagnetik. Dan disebut twisted pair karena di dalamnya terdapat pasangan kabel yang disusun spiral alias saling berlilitan.
· Ada dua macam Twisted Pair, yaitu:
1. Unshielded Twisted Pair (UTP)
2. Shielded Twisted Pair (STP)
· Perbedaan kedua jenis Twisted Pair adalah:
a. STP terdapat lapisan pelindung atau selubung kabel internal.
b. UTP tidak mempunyai lapisan pelindung kabel.
· Kabel UTP lebih terkenal daripada STP, karena kabel UTP lebih sering digunakan sebagai kabel jaringan.
· Kabel UTP (Unshielded Twisted Pair) ada 2 macam:
1. Untuk kabel telepon yang berisi 4 buah kabel.
2. Untuk jaringan computer yang berisi 8 buah kabel.
· UTP dispesifikasikan oleh organisasi Electronic Industries Association (EIA) dan Tellecommunication Industries Association (TIA).
· Ada 2 standard untuk strtuktur pengkabelan :
1. EIA/TIA-568 yang dikeluakan oleh Electronic Industries Association dan Telecommunications Industry Association.
2. ISO 11801 yang dikeluarkan oleh ISO.
KATEGORI UTP (Unshielded Twisted Pair)
UTP dikategorikan menjadi delapan (7) kategori :
1. Kategori 1 Hanya mampu mentransmisi suara/voice saja, tidak termasuk data.
2. Kategori 2 Kecepatan transmisi data maksimal 4 Mbps.
3. Kategori 3 Kecepatan transmisi data maksimal 10 Mbps.
4. Kategori 4 Kecepatan transmisi data maksimal 16 Mbps.
5. Kategori 5 Kecepatan transmisi data maksimal 100 Mbps.
6. Kategori 5 enhanced Kecepatan transmisi data maksimal 1000 Mbps.
7. Kategori 6 Kecepatan transmisi data maksimal 1000 Mbps.
8. Kategori 7 Kecepatan transmisi data maksimal 1000 Mbps.
PERANGKAT YANG BERHUBUNGAN DENGAN UTP
Alat-alat yang berhubungan dengan pemakaian kabel UTP :
1. Konektor RJ-45.
a. RJ-45 : untuk jaringan komputer.
b. RJ-11 : untuk kabel telepon.
2. Tang Crimping (Scrimping tools).
3. LAN Tester.
4. HUB, BRIDGE, ROUTER
PENGERTIAN WAN
WAN digunakan untuk menghubungkan jaringan lokal yang satu dengan jaringan lokal yang lain, sehingga pengguna atau komputer di lokasi yang satu dapat berkomunikasi dengan pengguna dan komputer di lokasi yang lain.